Perjalanan Sejarah Sunan Ampel Dengan Kebijaksanaannya Dalam Menyebarkan Agama Islam

Tipsseo.net - Perjalanan Sejarah Sunan Ampel Dengan Kebijaksanaannya Dalam Menyebarkan Agama Islam tentunya menjadi catatan penting bagi umat Islam. Satu dari sembilan anggota walisongo yang namanya identik dengan nama tempat saat ia bermukim. Tempat ini bernamakan daerah Ampel atau Ampel Denta (kota Wonokromo saat ini). Pada masa kecilnya, dikenal dengan nama Raden Rachmat. Beliau putra tertua dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan lahir pada tahun 1401 Masehi.

Dilahirkan dari keluarga bangsawan, lantas tak membuat diri seorang Sunan Ampel untuk berfoya-foya atau bahkan riya sedikit pun. Figur diri beliau sangat agamis, bijak, berwibawa dan simpati terhadap masyarakat. Beberapa catatan literatur telah menceritakan sejarah panjang bahwa dakwah Sunan Ampel mampu mengislamkan masyarakat Jawa yang disaat itu dominan beragama Hindu. Hal ini karena dikenal dengan pendekatan ajaran populernya beserta karamah yang dimiliki oleh beliau.

Sejarah Sunan Ampel
Sejarah Sunan Ampel 

Sejarah Sunan Ampel Saat Mulai Berdakwah di Usia Muda

Semangat jiwa muda yang sangat mengembara dalam jiwa Sunan Ampel mampu memberikan dampak baik bagi agama Islam. Sejarah Sunan Ampel ini dimulai saat ia berdakwah diumur 20 tahun. Raden Rachmat saat itu lahir dan tumbuh di kota Champa, Kamboja. Beliau akhirnya memutuskan untuk berpindah ke tanah Jawa, tepatnya di Surabaya dan mulai menyebarkan islam. Disaat itu, Surabaya sedang berada dibawah kekuasaan Majapahit oleh Raja Brawijaya.

Pada usia 20 tahun, Sunan Ampel sudah pandai dan mampu mendalami ilmu agama islam. Bahkan dipercayai oleh Raja Brawijaya untuk mendakwahkan agama Islam di Surabaya. Sunan Ampel ditugaskan untuk mendidik moral para bangsawan dan kawula di kerajaan Majapahit. Beliau diberikan pinjaman oleh Raja berupa tanah seluas 12 hektar di Ampel Denta. Di tempat inilah nama beliau dikenal dengan Sunan Ampel.

Sejarah Sunan Ampel dalam menggunakan metode dakwah dengan mendekati dan menyelaraskan budaya yang terjadi di tengah masyarakat. Pengajaran dakwah yang penuh hikmah dan tanpa ada sekali unsur paksaan didalamnya menjadi jalan cemerlang untuk menyebarkan Islam. Saat itu Raden Rachmat membangun sumber-sumber air baru agar sumber daya tidak habis dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga, masyarakat akan membutuhkan sumber air yang dibangun tersebut.

Metode dakwah lainnya dengan mengislamkan Anasir Hindu yang merupakan aksi perwayangan murni dari budaya Hindu. Beliau memberikan adaptasi kebudayaan perwayangan ini dengan berpedoman pada cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pembawaan keislaman. Hal ini dilakukan untuk mengganti pertunjukan wayang beber pada cerita panji-panji (krebet) yang menjadi kegemaran masyarakat pada masa itu.

Dakwah yang dilakukan ini memberikan catatan Sejarah Sunan Ampel yang paling penting diingat. Beliau mengislamkan Syiwa-Buddha, karena didapati ajaran tersebut memiliki sejumlah kesamaan dengan ajaran Islam. Sehingga dengan langkah yang tepat penggunaan istilah dari bahasa Sansekerta pada Syiwa-Buddha dilakukan penggantian menjadi bahasa Arab.

Di daerah Ampel Denta yang dihadiahkan oleh Raja Brawijaya, ia pun membangun sebuah pondok pesantren. Ia perlahan-lahan merangkul masyarakat disana. Dan tibalah sekitar abad ke-15 pondok pesantren menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara hingga Mancanegara. Bibit-bibit santri didikannya pun seperti Sunan Giri dan Raden Patah disebarkan untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.

Lahirnya kerajaan Demak di Pulau Jawa pun menjadi salah satu perjalanan Sejarah Sunan Ampel. Beliau menikah dengan seorang putri Adipati berasal dari Tuban dan dikaruniai putra dan puteri. Diantara penerusnya bernamakan Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Sunan Ampel saat itu menunjuk muridnya yang bernama Raden Patah untuk menjadi Sultan Demak pada tahun 1475 M.

Penekanan pengajaran yang dilakukan oleh Sunan Ampel diutamakan dalam penanaman akidah dan ibadah. Beliaulah yang memperkenalkan ajaran populer yang disebut “Moh Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Nilai-nilai islam yang ditanamkan oleh Sunan Ampel yaitu nilai kesabaran, keikhlasan, kerendah-hatian, keadilan, rukun, rilo, kesederhanaan, ojo dumeh, dan sebagainya. Hal ini menjadi tolak ukur kemasyuran akhlak untuk masyarakat majapahit saat itu.

Salah satu alat keagamaan yang identik dengan Islam, menjadi salah satu upaya dari Sejarah Sunan Ampel. Beliau mengubah tradisi dan kebiasaan dengan adanya bedug maupun kentongan yang sering dijumpai di masjid atau mushola. Usaha menyebarkan Islam tidak dilakukan sendirian. Sunan Ampel  menugaskan putra dan kerabat lainnya untuk mendakwahkan islam di pulau Jawa.

Usaha lainnya yang dilakukan oleh beliau adalah  dengan menyeleraskan istilah peribadatan dari bahasa setempat. Misalnya istilah sembahyang untuk mengganti sholat, pasa untuk mengganti puasa, langgar untuk mengganti mushola, dan sebagainya. Bahkan nama Allah SWT diberi penyebutan pangeran, serta sebutan kanjeng di depan nama Nabi Muhammad SAW yang bermakna junjungan untuk nabi.

Dalam membangun Islam lebih terkenal luas lagi, Raden Rachmat mendirikan sebuah masjid besar dan tertua di Indonesia. Masjid ini merupakan perjalanan panjang akhir dari sejarah Sunan Ampel. Masjid ini bernamakan Masjid Sunan Ampel dan didirikan pada tahun 1421 di dalam wilayah kerajaan Majapahit. Masjid yang dirancang dengan arsitektur Jawa Kuno dan diserasikan dengan nuansa Arab yang kental.

Kebijaksanaan Dakwah dengan Ajaran Populer Beserta Karomahnya

Kepercayaan Raja Majapahit untuk menunjuk Sunan Ampel dalam membenahi moral masyarakat saat itu mampu dilakukan olehnya. Masalah moral yang dilakukan oleh masyarakat Jawa saat itu dengan melakukan ritual Bhairawa Tantra. Ritual ini berisikan acara ritual sekelompok orang laki-laki atau perempuan yang melakukan mabuk-mabukan bahkan dalam kondisi telanjang dan seks bebas.

Akhirnya, Raden Rachmat mengeluarkan ajarannya yang disebut “Moh Limo” itu untuk merekontruksi moral masyarakat. Moh Limo ini merupakan ajaran yang serupa dengan nilai agama Islam. Moh Limo ini diterjemahkan memiliki arti tidak mabuk, tidak konsumsi narkoba, jangan mencuri, jangan judi, dan jangan berzina. Ajaran ini menjadi ajaran yang populer dalam perjalanan Sejarah Sunan Ampel.

Sejarah kuno mencatat, bahwa Sunan Ampel telah disebutkan memiliki kesaktian atau dalam Islam disebut dengan karomah. Salah satu kesaktian beliau adalah dengan menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya kembali murid kesayangan beliau yang bernama Mbah  Sholeh. Sunan Ampel sangat bersedih dan gelisah ketika Mbah Sholeh meninggal. Sosoknya sangat rajin dan taat serta selalu cinta kebersihan, terutama kebersihan masjid.

Suatu ketika, Raden Rachmat berucap, “Kalau saja Mbah Sholeh masih hidup, pasti Masjid ini akan selalu bersih.” Tak disangka, ternyata ucapan beliau benar dan menjadi nyata. Keesokan harinya, masjid terlihat sangat bersih dan kinclong. Seolah-olah mereka merasakan kembali hadirnya Mbah Sholeh. Kejadian dalam sejarah sunan ampel ini sangat mengejutkan.

Masyarakat saat itu meyakini kalau pembersih masjid itu benar-benar Mbah Sholeh. Namun, dengan seiring waktu ia pun meninggal. Sunan Ampel kembali mengulangi ucapannya sebanyak sembilan kali. Dan pada akhirnya, ketika Sunan Ampel meninggal kehadiran Mbah Sholeh pun tak nampak lagi. Namun, kejadian ini memiliki dua keyakinan. Ada yang menduga bahwa sosok yang hadir hanya rupa Mbah Sholeh yang sudah tiada. Namun, banyak yang meyakini bahwa ini kesaktian dari sunan Ampel.

Itulah catatan perjalanan ringkas dari Sejarah Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam. Hendaklah kita sebagai umat muslim mengingat kembali sejarah pergerakan islam, salah satunya di Pulau Jawa. Sunan Ampel diperkirakan wafat tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di bagian barat Masjid Ampel.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form