Mengenal Sejarah Sunan Pojok Blora dan Silsilahnya

Tipsseo.net - Sejarah sunan pojok blora selama ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat banyak. Sunan Pojok Blora bernama asli pangeran Surobahu Abdul Rohim. Ayahnya bernama Kyai Ashari Sunan pejagong Tuban. Selain sebagai panglima perang kerajaan Mataram beliau juga berjasa besar dalam penyebaran agam islam. Selama hidup beliau setia mengabdikan diri pada pemerintahan kerajaan Mataram.

Selain sebagi seorang panglima perang yang berasal dari Mataram atau Yogyakarta beliau juga adalah seorang Adipati Tuban. Beliau juga sangat dikenal dalam menyebarkan agama Islam khususnya di Wilayah Blora. Jejak sejarahnya dapat dilihat dari  peninggalannya yaitu masjid agung baitunnur Blora. Untuk lebih dalam mengenal beliau berikut ulasan sejarahnya. Yuk kita simak.

sejarah sunan pojok blora

Silsilah Dalam Sejarah Sunan Pojok Blora

Dalam sejarah sunan pojok blora juga dikenal dengan 4 nama panggilan yaitu Mbah Benun, pangeran Sedah, Syeh Abdurrohim dan Pangeran Surobahu. semasa kecil bernama pangeran Surobahu. Mempunyai silsilah mbah Benun wali pojok Blora bin PangeranRonggo Sedayu, bin panembahan marengat bin Pangeran Singabarong.

Pangeran Pojok merupakan putra dari pangeran Ronngo Sedayu. Sedangkan pangeran Ronngo Sedayu ini adalah putra dari panembahan marengat, beliau ini putra dari pangeran Singabarong. Sedangkan pangeran Singabarong ini merupakan menantu dari sunan Kudus. Beliau dikenal jugadengan pangeran Djafar Sodiq. Pangeran Djafar sodiq sendiru adalah putrasunan Ngudung atau raden Usman Haji.

Sunan Ngudung merupakan putra dari ratu Fatimah dan Kholifah Husein. Ratu Fatimah sendiri adalah putrinya sunan Ampel. Sedangkan Kholifah Husein ini adalah putra dari Raden Aryo Bariben. Beliau ini adalah seorang menantu cucu yang ke 13 dari Raden Brawijaya seorang Raja Majapahit. Dengan demikian silsilah sejarah sunan pojok blora mempunyai hubungan erat dengan kerajaan Majapahit.

Sejarah Sunan Pojok Blora

Beliau adalah salah seorang yang sangat berjasa dalam mengusir penjajahan Belanda. Terutama yang berada di wilayah pesisir utara pulau Jawa.Sebagai seorang panglima perang beliaujuga telah  membuktikan kiprahnya atas sebuah  kemenangan atas VOC pada 20 November 1926 kepada Sultan Agung Hayokrokusumo. 

Dalam sejarah sunan pojok blora, kemenangan ini membuktikan bahwa perlawanan yang dilakukan sunan Pojok dalam melawan VOC  di Batavia tidaklah sia-sia. Karena perjuangan yang dilakukannya merupakan satu-satunya kemenangan dalam peperangan melawan VOC.

Dalam sejarah sunan pojok blora disebutkan bahwa atas prestasi kemenangan beliau dalam berperang melawan VOC kemudian sunan Pojok diangkat menjadi seorang Adipati Tuban yang terkenal welas asih. Sebagai Adipati Tuban beliau diberi gelar Pangeran seda pada tahun 1619 Masehi. Beliau memerintah Kadipaten Tuban ini selama 32 tahun.

Selama memangku jabatan sebagai Adipati Tuban sunan Pojok Blora banyak melakukan penumpasan atas kerusuhan yang terjadi di wilayah Tuban. Beliau dibantu oleh 500 prajurit kerajaan Mataram akhirnya mampu menumpas kerusuhan akibat adanya pemberontakan.

Kerusuhan tersebut banyak terjadi akibat beberapa Adipati yang membelot dan memberontak diantaranya Adipati Lasem, Sumenep, Pasuruan dan yang lainnya. Selain itu Karena Tuban juga merupakan salah satu wilayah jajahan VOC yang selalu berusaha memperluas daerah jajahannya. Kadipaten Tuban saat itu belum menjadi bagian dari jajahan VOC.

Selain berhasil menumpas kerusuhan di sekitar wilayah Tuban, sunan pojok juga mempunyai banyak prestasi gemilang. Diantaranya menaklukkan daerah daerah yang menjadi penjajahan VOC. Seperti daerah Pati, Surabaya, Pasuruan dan masih banyak daerah lainnya yang ditaklukkan. Semua daerah tersebut menjadi saksi perjalanan sejarah sunan pojok blora dalam melawan penjajah.

Setelah 32 tahun memerintah sebagai Adipati Tuban  beliau menyerahkan kembali jabatannya kepada Sultan Mataram Amangkurat satu atau sunan Tegal Arum. Kemudian jabatan Adipati Tuban tersebut oleh sunan Tegal Arum diserahkan kepada adik sunan Pojok yaitu pangeran Anom.

Sunan pojok Blora sendiri kemudian menetap di Blora. Hingga kemudian di kadipaten Blora inilah sunan Pojok dikaruniai tiga orang putra yaitu pangeran Kleco, pangeran Sumodipo  dan Pangeran Dipoyuda. Dari ketiga putra sunan pojok ini salah satunya kelak menjadi Adipati Blora.

Peran beliau sangat besar dalam memajukan Blora hingga menjadi sebuah kadipaten. Hingga saat ini beliau dikenal dalam sejarah sunan pojok blora sebagai seseorang yang mempunyai peranan penting dengan lahirnya kadipaten Blora. Sekarang kadipaten Blora ini telah menjadi kabupaten Blora.

Melihat perkembangan Blora yang yang berkembang pesat telah menjadi perhatian sultan Mataram Amangkurat 1. Atas inisiatif Sultan Mataram tersebut, Blora kemudian dijadikan sebagai kadipaten tersendiri yang terpisah dari kadipaten Tuban. Kadipaten baru ini kemudian dipimpin oleh putra sunan Pojok yang bernama Adipati Raden Mas Joyodipo.

Sebagai Adipati Blora beliau diberi gelar Raden Tumenggung Joyo Wiryo atau dikenal juga dengan Tumenggung Jatiwiryo. Selanjutnya Adipati Joyodipo ini digantikan oleh menantu beliau yang bernama Raden Tumenggung Joyokusumo sebagai Adipati Blora yang kedua.

Akhir Sejarah Sunan Pojok Blora

Setelah berhasil menumpas semua kerusuhan sunan Pojok kembali ke Mataram untuk melaporkan keberhasilannya kepada sultan Agung Hanyokrokusumo. Setelah kepulangannya dari mataram beliau merasa sangat kelelahan yang mengakibatkan beliau jatuh sakit. Beliau dirawat oleh anaknya yang yang mempunyai sifat sama seperti beliau untuk selalu patuh dan taat terhadap perintah sultan Agung.

Setelah beberapa lamanya sunan pojok jatuh sakit akhirnya beliau meninggal dunia. Kemudian beliau dimakamkan di desa pojok kecamatan banjarejo Kabupaten Blora. Makam sunan Pojok letaknya sangat strategis berada di dekat alun-alun tepatnya berada di jantung Kota Blora.  Demikian juga makam anak dan menantunya yang pernah menjadi Adipati Blora, keduanya dimakamkan dekat dengan sunan Pojok.

Selain kedua makam anak dan menantunya, di situ juga jasad prajurit perang sunan Pojok yang setia dimakamkan. Kawasan pemakaman sunan Pojok sangat asri. Sebagian masyarakat baik dari dalam maupun luar kota tidak pernah berhenti untuk datang dan menziarahi makam beliau di Kota Blora. Selain itu mengunjungi masjid sebagai peninggalan sejarah sunan pojok blora.

Apalagi kalau hari Jumat makan selalu ramai dikunjungi. Demikian juga setiap tanggal 27 Suro yang merupakan tanggal kelahiran beliau. Biasanya diadakan haul sebagai bentuk penghormatan atas semua jasanya dalam penyebaran agama Islam khususnya di Kota blora.

Dalam sejarah sunan pojok blora semasa hidupnya dalam menyebarkan Agama islam sunan Pojok dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang sangat welas asih dalam berdakwah. Meski berbagai jabatan telah disandangnya mulai sebagi Adipati hingga menjadi panglima perang namun beliau lebih memilih berdakwah.

Peninggalan Sejarah Sunan Pojok Blora

Dalam perjalanan sejarah sunan pojok blora sebagai sesepuh pendiri cikal bakal Kota Blora. Selain meninggalkan bukti sejarah yaitu masjid Baitun Nur sunan Pojok juga memiliki banyak karomah baik yang sifatnya umum maupun khusus. Beberapa karomah ini diantaranya sebagai berikut

  1. Sunan Pojok selalu menjalankan pemerintahannya dengan berpedoman kepada Alquran dan Hadis Rosulullog. Beliau mengajarkan ilmu ulama untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat sebagai petunjuk kebenaran untuk meninggalkan kebathilan.
  2. Ketika sunan Pojok sedang beristirahat di bawah pohon nangka dan daerah itu belum mempunyai nama maka beliau memberi nama daerah tersebut desa karangnangka. Kemudian karena daerah tersebut masih berupa hutan sehingga para prajuritnya nasak-nasak maka diberinya nama desa sasak. Selanjutnya beliau beserta robongan menyeberangi sungai maka daerah tersebut diberinya nama kaliwangan.

Demikian sejarah sunan pojok blora dalam membela tanah air dan menyebarkan agama Islam khususnya di wilayah Blora, semoga bermanfaat.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form